IDENTIFIKASI BUKU
Bahasa dan Sastra Indonesia
untuk SMP/MTs Kelas VIII
Penulis: Sawali
Ch. Susanto
Editor: Farida Puji P.
Fajar Rachmawati
A.K. Muryanto
Ilustrator: Sigit Dwi Nugroho
Suhardi
Tri Haryanto
Bambang Sugiarto
Penerbit: Pusat Perbukuan Kementerian Pendidikan Nasional
Tahun Terbit: Tahun 2010
Jumlah Halaman: 174
Rangkuman Bab I
Kata ganti orang atau pronomina persona adalah kata-kata yang secara khusus menggantikan
orang atau manusia.
Dalam percakapan resmi, kata aku dirasakan kurang sopan sehingga digunakan kata saya, yang berasal dari bahasa Sanskerta, sahaya. Kata sahaya (saya) sebenarnya bermakna pengiring atau
Dalam percakapan resmi, kata aku dirasakan kurang sopan sehingga digunakan kata saya, yang berasal dari bahasa Sanskerta, sahaya. Kata sahaya (saya) sebenarnya bermakna pengiring atau
pengikut. Oleh karena lazim digunakan, tidak dirasakan lagi bahwa kata saya adalah kata ganti pinjaman yang berstatus nomina (kata benda) biasa.
Kata Anda juga terasa lebih sopan daripada kata kamu atau engkau. Kata Anda dibentuk dari akhiran -anda atau -nda, seperti yang terdapat dalam kata ayahanda dan ibunda.
Adapun kata sapaan adalah kata yang digunakan untuk menyapa, menegur, atau memanggil
Adapun kata sapaan adalah kata yang digunakan untuk menyapa, menegur, atau memanggil
orang kedua (lawan bicara). Untuk menyapa lawan bicara, lazim digunakan nama diri (Rudi, Tina,dan lain-lain), hubungan kekerabatan (Bapak, Ibu, Adik, Kakak, dan lain-lain), atau kata ganti orang kedua (kamu, Anda, dan lain-lain). Dalam bahasa tulis, huruf awal kata sapaan ditulis dengan huruf kapital.
Rangkuman Bab II
Rangkuman Bab II
Dalam suatu bacaan, kamu dapat menemukan penggunaan kata tugas dengan sebagai penanda
keterangan yang berbeda. Perhatikan contoh berikut!
1. Ia berjuang dengan ”pena”-nya yang tajam.
2. Pejuang yang juga terkenal sebagai sastrawan ini, hingga Indonesia merdeka tetap melakukan
perjuangan mempertahankan kemerdekaan dengan mendirikan Persatuan Perjuangan Priangan.
3. Pada tahun 1913, ia dengan tokoh-tokoh pergerakan nasional lainnya, seperti Ki Hajar Dewantara,
mendirikan Komite Bumiputera.
Dalam contoh tersebut, kata dengan digunakan untuk menyatakan jenis keterangan yang
berbeda. Pada kalimat (1), kata dengan digunakan untuk menyatakan keterangan alat. Kata ”pena” dalam kalimat tersebut mengandung makna alat yang digunakan untuk menulis. Pada kalimat (2),kata dengan digunakan untuk menyatakan keterangan cara. Frasa dengan mendirikan PersatuanPerjuangan Priangan bermakna cara yang dilakukan. Pada kalimat (3), kata dengan digunakanuntuk menyatakan keterangan kesertaan. Kata dengan tokoh-tokoh pergerakan nasional lainnyamengandung makna beserta atau bersama tokoh-tokoh pergerakan nasional lainnya.
Rangkuman Bab III
Rangkuman Bab III
Kata Serapan
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menemukan kata-kata seperti agresif, akses, bonus, foto, tiket, dan sebagainya. Kata-kata semacam itu disebut kata serapan, yaitu kata-kata yang berasal dari bahasa asing yang sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menemukan kata-kata seperti agresif, akses, bonus, foto, tiket, dan sebagainya. Kata-kata semacam itu disebut kata serapan, yaitu kata-kata yang berasal dari bahasa asing yang sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia.
Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia banyak menyerap kata atau istilah asing yang belum
ada padanannya dalam bahasa Indonesia. Istilah-istilah tersebut kemudian disesuaikan ejaannya
berdasarkan kaidah penggunaan istilah dalam bahasa Indonesia.
Contoh
agresive --> agresif
acces --> akses
Rangkuman Bab IV
Partikel pun
Rangkuman Bab IV
Partikel pun
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menemukan bentuk pun, misalnya, meskipun, kamu
pun, siapa pun, dan sebagainya. Bentuk seperti itu sering disebut partikel. Dalam bahasa Indonesia, partikel pun hanya digunakan dalam kalimat berita. Perhatikanlah kaidah penggunaan partikel pun berikut ini!
1. Pun digunakan untuk mengeraskan arti kata yang diiringinya. Dalam tulisan, pun dipisahkan dari kata di depannya. Contoh: Mereka pun akhirnya setuju dengan usul kami.
Perlu diperhatikan bahwa partikel pun pada konjungsi ditulis serangkai, misalnya, walaupun,
meskipun, kendatipun, adapun, sekalipun, biarpun, dan sungguhpun.
2. Dalam arti yang sama untuk mengeraskan arti, partikel pun sering pula digunakan bersama-sama dengan bentuk lah dalam sebuah kalimat. Contoh: Tidak lama kemudian hujan pun turunlah dengan derasnya.
Rangkuman Bab V
Imbuhan (konfiks) ke-an
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menemukan kata-kata berimbuhan ke-an, seperti kebagian, kejelasan, ketahanan, kewajaran, keseluruhan, atau keluguan. Kata-kata yang mendapatkan imbuhan ke-an tidak mengalami perubahan bentuk. Pada umumnya, konfiks ke-an berfungsi untuk membentuk kata benda (nominalisasi). Dalam jumlah yang terbatas, ke-an juga berfungsi untuk membentuk kata kerja (pasif), kata sifat, atau kata keadaan.Makna yang terkandung dalam imbuhan ke-an, antara lain sebagai berikut.
1. Menyatakan tempat atau daerah.
Contoh: kelupaan, ketiduran, dan keguguran.
Imbuhan (konfiks) ke-an
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menemukan kata-kata berimbuhan ke-an, seperti kebagian, kejelasan, ketahanan, kewajaran, keseluruhan, atau keluguan. Kata-kata yang mendapatkan imbuhan ke-an tidak mengalami perubahan bentuk. Pada umumnya, konfiks ke-an berfungsi untuk membentuk kata benda (nominalisasi). Dalam jumlah yang terbatas, ke-an juga berfungsi untuk membentuk kata kerja (pasif), kata sifat, atau kata keadaan.Makna yang terkandung dalam imbuhan ke-an, antara lain sebagai berikut.
1. Menyatakan tempat atau daerah.
Contoh: kedutaan, kerajaan, kesultanan, dan kementerian.
2. Menyatakan hal yang disebut dalam kata dasar.
Contoh: kesatuan, kenyataan, kebersihan, dan keindahan.
3. Menyatakan peristiwa yang telah terjadi.
Contoh: kejadian dan kedatangan.
4. Menyatakan kena atau menderita sesuatu hal.
Contoh: kebanjiran, kehujanan, kepanasan, dan kedinginan.
5. Menyatakan makna di . . . atau dapat di . . . .
Contoh: ketahuan, kelihatan, kemasukan, dan kecurian.
6. Menyatakan perbuatan tidak sengaja.
Contoh: ketahuan, kelihatan, kemasukan, dan kecurian.
6. Menyatakan perbuatan tidak sengaja.
7. Menyatakan terlalu atau sangat.
Contoh: kebesaran, ketinggian, kemahalan, dan kepahitan.
Contoh: kebesaran, ketinggian, kemahalan, dan kepahitan.
8. Menyatakan menyerupai . . . .
Contoh: kekanak-kanakan, kebarat-baratan, dan keputih-putihan.
Rangkuman Bab VI
Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan dan terdiri atas satu huruf atau lebih dari huruf awal (inisial) sebuah kata.
1. Singkatan nama orang, nama gelar, dan jabatan atau pangkat diikuti dengan tanda titik.
Contoh: Suman Hs. = Suman Hasibuan
M.Sc. = master of science
Kol. = kolonel
Contoh : dll. (dan lain-lain)
Contoh : Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional)
Rangkuman Bab VI
Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan dan terdiri atas satu huruf atau lebih dari huruf awal (inisial) sebuah kata.
1. Singkatan nama orang, nama gelar, dan jabatan atau pangkat diikuti dengan tanda titik.
Contoh: Suman Hs. = Suman Hasibuan
M.Sc. = master of science
Kol. = kolonel
2. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
Contoh : DPR (Dewan Perwakilan Rakyat)
Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik.Contoh : dll. (dan lain-lain)
3. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.
Contoh: Cu (kuprum)
kg (kilogram)
Rp (rupiah)Akronim
Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
1. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.
Contoh : LAN (Lembaga Administrasi Negara)
2. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari
deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.Contoh : Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional)
3. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil
Contoh : pemilu (pemilihan umum)
Rangkuman Bab VII
Awalan di-
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menemukan kata berawalan di-, seperti, dilihat dan diseleksi. Fungsi awalan di- pada hakikatnya sama dengan fungsi awalan me-, yaitu membentuk kata kerja (verba). Bedanya, awalan me- membentuk kata kerja aktif, sedangkan awalan di- membentuk kata kerja pasif. Oleh karena hubungan aktif-pasif bersifat timbal balik, semua bentuk kata kerja aktif transitif berawalan me- selalu didampingi bentuk pasif transitif yang berawalan di-.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menemukan kata berawalan di-, seperti, dilihat dan diseleksi. Fungsi awalan di- pada hakikatnya sama dengan fungsi awalan me-, yaitu membentuk kata kerja (verba). Bedanya, awalan me- membentuk kata kerja aktif, sedangkan awalan di- membentuk kata kerja pasif. Oleh karena hubungan aktif-pasif bersifat timbal balik, semua bentuk kata kerja aktif transitif berawalan me- selalu didampingi bentuk pasif transitif yang berawalan di-.
Contoh: melihat-dilihat, membuat-dibuat, dan membaca-dibaca.
Rangkuman Bab VIII
Imbuhan per-an
Imbuhan per-an memiliki beberapa makna. Berikut ini beberapa contoh makna gramatikal imbuhan per-an.
1. Menyatakan tempat.
Contoh: perhentian, pelabuhan, dan persembunyian.
2. Menyatakan hasil perbuatan.
Contoh: pemalsuan, permainan,dan penyerahan.
3. Menyatakan peristiwa itu sendiri atau hal perbuatan.
Contoh: pengajaran, pencaharian, dan pendidikan.
Rangkuman Bab IX
Tanda Kurung Siku
Perhatikan dengan saksama kalimat berikut ini!(depopulasi) semua unggas
Rangkuman Bab X
Kalimat Majemuk Bertingkat
Perhatikan dengan saksama kalimat-kalimat berikut ini!
Rangkuman Bab IX
Tanda Kurung Siku
Perhatikan dengan saksama kalimat berikut ini!(depopulasi) semua unggas
Desa menjadi sunyi senyap setelah dilakukan pemusnahan
menyusul ketakutan atas virus H5N1 yang mengakibatkan Avian Influenza (AI [flu burung]).
Dalam kalimat tersebut kita temukan adanya penggunaan tanda kurung siku ([. . . ]) yang terdapat di dalam tanda kurung. Tanda tersebut digunakan untuk mengapit keterangan kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
Menurut Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan (EYD), tanda kurung siku juga digunakan
untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.
Contoh: Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.Rangkuman Bab X
Kalimat Majemuk Bertingkat
Perhatikan dengan saksama kalimat-kalimat berikut ini!
1. Ayah mengatakan bahwa hari ini paman akan pulang.
2. Ketika hujan turun, Ahmad baru pulang dari sekolah.
3. Lelaki yang berbaju merah itu kakak sepupuku.
Jika kamu perhatikan dengan saksama, kalimat (1), (2), dan (3) terdiri atas dua klausa yang yang memiliki hubungan tidak setara. Kalimat semacam itu disebut kalimat majemuk bertingkat. Dalam kalimat majemuk bertingkat terdapat klausa yang menjadi bagian dari klausa yang lain. Klausa yang menjadi bagian dari klausa utama disebut anak kalimat atau klausa sematan, sedangkan klausa utama disebut klausa atasan atau induk kalimat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar